Manusia adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, manusia
selalu berinteraksi dengan iase manusia serta dengan lingkungan. Hidup dalam
berkelompok tentulah tidak mudah untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis, anggota kelompok haruslah saling
menghormati dan menghargai. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.
Manusia dianugerahi kemampuan untuk berfikir, untuk memilah dan memilih
mana yang baik mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya
mampu mengolah lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumberdaya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola
diri, kelompok, dan lingkungan dengan baik.
Oleh karena itu,
melihat pentingnya peranan kepemimpinan dalam administrasi. Kami akan
memaparkan sedikit tentang Peranan Kepemimpinan dalam Proses Administrasi.
1.1
Peran
Kepemimpinan dalam Proses Administrasi
Dapat dinyatakan bahwa kepemimpina (leadership) merupakan inti dari pada
managemen karena kepemimpina merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan
alat-alat manusia dan alat lainnya dalam suatu organisasi. Peranan kepemimpinan
sangat penting dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasi sehingga dapat
dikatakan bahwa sukses atau kegagalan yang dialami oleh organisasi sebagian
besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimili oleh orang-orang yang
diserahi tugas memimpin dalam organisasi itu.
Pada hakikatnya seorang administrator adalah
juga termasuk seorang pemimpin. Yang dimaksud seorang “pemimpin” dalam buku
yang kita resensi ialah setiap orang yang memiliki “bawahan”. Sukses tidaknya
suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan tergantung pada
cara-cara memimpin yang dipraktikan orang-orang “atasan” itu. Sebaliknya,
sukses tidaknya seorang pemimpin melekukan tugas kepemimpinannya, tidak
ditentukan oleh tingkat keterampinnya (technical skills) yang dimilikinya, akan
tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk
bekerja dengan baik. Pemimpin yag baik adalah seseorang yang tidak meleksanakan
sendiri tidakan-tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengabil keputusan,
menentukan kebijaksanaan, dan menggerakkan orang lain untuk melaksanakan
keputusan yang telah diambil sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan.
Dalam setiap organisasi terdapat
tiga tingkatan kelompok pemimpin, yaitu:
1. Manajemen puncak yang sering disebut dengan
istilah administrative management,
2. kelimpok pemimpin menengah (middle management), dan
3. kelompok pimpinan bawahan yang dikenal pula
dengan istilah lower management, supervisory
management, gang leader,”mador”, atau operational
management.
Setiap pemimpin selalu memerlukan dua macam
keterampilan (skills), yaitu:
1. Technical skills,
dan
2. Managerial skills.
Ada beberapa peran pemimpin dalam
administrasi, yaitu:
1. Menganalisis
aktifitas-aktifitas dari para pemimpin pada organisasi yang efektif.
2. Fokus
analisis adalah menetapkan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dilaksanakan,
tanpa memperhatikan siapa yang memegang posisi, sehingga dapat teridentifikasi
uraian tugas pemimpin secara umum.
3. Tujuan
untuk memodifikasi arti dari aktifitas-aktifitas yang diamati dan untuk mengidentifikasi
persyaratan perilaku bagi kinerja yang efektif dari pekerja pemimpin.
Jika demikian halnya, maka setiap
orang yang disebut pemimpin harus selalu berusaha untuk memiliki sebanyak
mungkin sifat-sifat kepemimpinen yang baik. Karena seorang pemimpin tidak
seharusnya dan memang tidak pernah beroperasi dalam suasana vakum. Artinya
pemimpin didalam suatu organisasi hanya efektif jika kepemimpinan itu diterima
oleh orang lain yang disebut bawahan. Maka kepemimpinan harus diimbangi oleh
kepengikutan (followeship).
Kepengikutan tersebut harus didasarkan kepada “teori penerimaan” (acceptance
theory). Dengan perkataan lain kepemimpinan seseorag harus diakui dan diterima
oleh para bawahannya, sehingga wewenangnya untuk memimpin, keingin-keinginennya
yang hendak direalisasikan, dimanifestasikan oleh kereaan dan kemampuan bawahan
untuk melakanakannya sesuai dengan keinginan pemimpin tersebut.
2.2
Sifat-Sifat Seoran Pemimpin yang Baik
Tugas terpenting dari seorang
pemimpin ialah untuk memimpin orang, memimpin peleksanan pekerjaan, dan
sumber-sumber materiil secara maksimal. Untuk melaksanakan tugas itu dengan
baik, seorang pemimpin yang baik harus memiliki ciri-ciri berikut:
1. Memiliki
kondisi fisik yang sehat sesuai dengsn tugasnya.
2. Berpengetahuan
luas. Berpengetahuan luas tidak selalu dapat diidentikkan dengan berpendidikan
tinggi. Ada sekelempok orang yang meskipun pedidikannya tinggi, pandangannya
masih sempit, yaitu terbatas dengan bidang keahliannya saja. Sebaliknya banyak
orang yang tidak berpendidikan tinggi, akan tetapi karena pengalamannya dan
kemauan keras untu sef development
memiliki pengetahuan yang luas tentang banyak hal.
3. Mempunyai
keyakinan bahwa oganisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan
melalui berkat kepemimpinannya. Kepercayaan pada diri sendiri merupakan modal
yang sangat besar dan penting artinya bagi seorang pemimpin.Tanpa keyakinan itu
dalam tindakannya ia akan kelihatan sering ragu-ragu.
4. Mengetahui
dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai.
Pada umumnya, semakin besar suatu organisasi semakin rumit pula sifat dan ruang
lingkup tujuan yang hendak dicapai dan semakin kompleks pula kegiatan-kegiatan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu.
5. Memiliki
stamina (daya kerja) dan antusiasa yang besar. Pekerjaan pemimpin dasarnya
adalah kerja mental yang tidak mulai pada waktu ia tiba dikamar kerjanya di
pagi hari, dan dapat dihentikan pada waktu pemimpin itu mau pulang kerumahnya
pada siang atau sore hari.
6. Gemar
dan cepat mengambil keputusan. Karena terpenting dari seorang pemimpin adalah
untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan oleh orang lain, maka ia
harus mempunyai keberanian mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam
keadaan daruratyang tidak dapat menunggu. Penundaan pengambilan keputusan pada
hakikatnya merupakan suatu kelemahan yang tidak boleh dimiliki oleh seorang pemimpin
yang baik.
7. Objektif
dalam arti dapat menguasai emosi yang lebih banyak mempergunakan rasio. Seorang
pemimpin yang emosionalnya akan kehilangan objektifitasnya karena tindakannya
tidak didasarkan lagi pada akal sehat, akan tetapilebih sering didasarkan atas
pertimbangan personal likes and dislikes,
baik terhadap seseorang, maupun terhadap penggunaan alat-alat yang diperlukan.
8. Adil
dalam memperlakukan bawahan. Yang dimaksud “keadilan” disini ialah kemampuan
memperlakukan bawaha atas dasar kapasitas kerja bawahan itu, seperti pandangan-pandangan
kedaerahan, kesukuan, kepartaian, ikatan keluarga, dan lain sebagainya.
9. Menguasai
prisip-prinsip human relations.
Karena human relations adalah inti
kepemimpinan, maka seorang pemimpin yang baik harus dapat memusatkan perhatian,
tindakan dan kebijakanaannya, kepada Pembina teamwork yang intim dan harmonis.
10. Menguasai
teknik-teknik berkomunikasi, sekaligusbararti pula penguasaan terhadap bahasa yang biasa dipergunakan dalam
organisasi. Seseorang yang gugup merupkan ketidak mampuan berkomunikasi dengan
pihak atau orang lain.
11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasihat,
guru, dan kepala terhadap bawahannya tergantung situasi dan masalah yang dihadapi.
12. Mempunyai gambara yang menyeluruh tentang
semua aspek kegiatan organisasi.
2.3 Tipe-Tipe Pemimpin
Dilihat dari sudut gaya manajerialnya, para
pemimpin dalam bentuk berbagai organisasi dapat digolongkan dalam lima tipe,
yaitu sebagai berikut:
1. Tipe
Otokratik
Ø Menganggap
organisasi sebagai milik pribadi.
Ø Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Ø Menganggap
bawaha sebagai alat semata-mata.
Ø Tidak
mau menerima kritik, saran, dan pendapat.
Ø Terlalu
tergantung kepada kekuasaan formalnya
Ø Dalam
tindakan pergerakannya sering mempergunakan
approach yang mengandung unsur paksaan dan punitive (bersifat menghukum)
2. Tipe
Militeristik
Ø Dalam
menggerakkan bawahan system perintah yang lebih sering digunakan.
Ø Dalam
penggerakkan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya.
Ø Senang
kepada formalitas berlebih-lebihan.
6
Ø Menuntut
disiplin tinggi dan kaku terhadap bawahan.
Ø Sukar
menerima kritikan dari bawahannya.
Ø Menggemari
berbagai upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe
Paternalistik
Ø Menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
Ø Bersikap
terlalu melindungi.
Ø Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
Ø Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk memberikaninisiatif.
Ø Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya.
Ø Sering
bersikap maha tahu.
4. Tipe
Karismatik
Hingga sekarang, para
sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa pemimpin
memiliki karisma. Yang tampak adalah bahwa pemimpin yang tampak demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar karena pada umumnya mempunyai pengikut
yang jumlahnya sangat besar, meskipun pengikut itu sering pula tidak dapat
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikit pemimpin itu.
Karena kurangnya
pengetahuan tentang sebab-sebab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik,
maka sering halnya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian berkelahi dengan
kekuatan gaib.
5. Tipe
Demokratik
Ø Dalam
proses penggerakan bawahan sealu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia.
Ø Selalu
berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan
dan tujuan pribadi bawahannya.
Ø Ia
senang menerima pendapat, saran, bahkan kritik dari bawahannya.
Ø Selalu
berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork
dalam usaha mencapai tujuan.
Ø Dengan
ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berani
bertindak meskipun mungkin berakibat pada kesalahan yang
7
kemudian dibimbing dan diperbaiki agar bawahan
itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani bertindak
di masa depan.
Ø Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
Ø Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
2.4 Timbul Seorang Pemimpin yang Baik
Mengenai timbulnya seorang pemimpin oleh para ahli kepemimpinan telah
dikemukakan beberapa teori yang berbeda-beda’ yaitu sebagai berikut:
1. Teori
Genetik
Inti teori ini tersimpul dalam ungkapan
yang mengatakan bahwa leader are born and
not made. Berarti bahwa para penganut teori ini mengetengahkan pendapat
yang mengatakan bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirka dengan bakat-bakat kepemimpinan
2. Teori
Sosial
Inti ajaran teori sosial ini ialah
bahwa leader are made and not born merupakan kebalikan inti dari genetik. Para
pengikut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang
bias menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pelatihan yang cukup.
3. Teori
Ekologis
Karena kedua teori di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran maka
sebagai reaksi kedua teori tersebut timbullah teori ketiga, yang disebut teori
ekologis yang pada intinya berarti bahwa sseorang hanya akan berhasil menjadi
emmpin yang baik, apabila iapada watu lahir memiliki bakat-bakat kepemmpinan.
Bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat yang memang telah dimiliki itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutomo,2012,Kepemimpinan Administrasi diakses pada
tanggal 3Oktober 2016
Siagian,Sondang P.,2014,Filsafat Administrasi,Bumi Aksara:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar