Kamis, 18 Januari 2018

PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM PROSES ADMISNITRASI



Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, manusia selalu berinteraksi dengan iase manusia serta dengan lingkungan. Hidup dalam berkelompok  tentulah tidak mudah untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis, anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
        Manusia dianugerahi kemampuan untuk berfikir, untuk memilah dan memilih mana yang baik mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengolah lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumberdaya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok, dan lingkungan dengan baik.
        Oleh karena itu, melihat pentingnya peranan kepemimpinan dalam administrasi. Kami akan memaparkan sedikit tentang Peranan Kepemimpinan dalam Proses Administrasi.


1.1      Peran Kepemimpinan dalam Proses Administrasi
              Dapat dinyatakan bahwa kepemimpina (leadership) merupakan inti dari pada managemen karena kepemimpina merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat manusia dan alat lainnya dalam suatu organisasi. Peranan kepemimpinan sangat penting dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasi sehingga dapat dikatakan bahwa sukses atau kegagalan yang dialami oleh organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimili oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi itu.
             Pada hakikatnya seorang administrator adalah juga termasuk seorang pemimpin. Yang dimaksud seorang “pemimpin” dalam buku yang kita resensi ialah setiap orang yang memiliki “bawahan”. Sukses tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan tergantung pada cara-cara memimpin yang dipraktikan orang-orang “atasan” itu. Sebaliknya, sukses tidaknya seorang pemimpin melekukan tugas kepemimpinannya, tidak ditentukan oleh tingkat keterampinnya (technical skills) yang dimilikinya, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik. Pemimpin yag baik adalah seseorang yang tidak meleksanakan sendiri tidakan-tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengabil keputusan, menentukan kebijaksanaan, dan menggerakkan orang lain untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan.
            Dalam setiap organisasi terdapat tiga tingkatan kelompok pemimpin, yaitu:
1.       Manajemen puncak yang sering disebut dengan istilah administrative management,
2.       kelimpok pemimpin menengah (middle management), dan
3.       kelompok pimpinan bawahan yang dikenal pula dengan istilah lower management, supervisory management, gang leader,”mador”, atau operational management.
 
Setiap pemimpin selalu memerlukan dua macam keterampilan (skills), yaitu:
1.      Technical skills, dan
2.      Managerial skills.
            Ada beberapa peran pemimpin dalam administrasi, yaitu:
1.      Menganalisis aktifitas-aktifitas dari para pemimpin pada organisasi yang efektif.
2.      Fokus analisis adalah menetapkan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dilaksanakan, tanpa memperhatikan siapa yang memegang posisi, sehingga dapat teridentifikasi uraian tugas pemimpin secara umum.
3.      Tujuan untuk memodifikasi arti dari aktifitas-aktifitas yang diamati dan untuk mengidentifikasi persyaratan perilaku bagi kinerja yang efektif dari pekerja pemimpin.
               Jika demikian halnya, maka setiap orang yang disebut pemimpin harus selalu berusaha untuk memiliki sebanyak mungkin sifat-sifat kepemimpinen yang baik. Karena seorang pemimpin tidak seharusnya dan memang tidak pernah beroperasi dalam suasana vakum. Artinya pemimpin didalam suatu organisasi hanya efektif jika kepemimpinan itu diterima oleh orang lain yang disebut bawahan. Maka kepemimpinan harus diimbangi oleh kepengikutan (followeship). Kepengikutan tersebut harus didasarkan kepada “teori penerimaan” (acceptance theory). Dengan perkataan lain kepemimpinan seseorag harus diakui dan diterima oleh para bawahannya, sehingga wewenangnya untuk memimpin, keingin-keinginennya yang hendak direalisasikan, dimanifestasikan oleh kereaan dan kemampuan bawahan untuk melakanakannya sesuai dengan keinginan pemimpin tersebut.

2.2   Sifat-Sifat Seoran Pemimpin yang Baik                                                                        
            Tugas terpenting dari seorang pemimpin ialah untuk memimpin orang, memimpin peleksanan pekerjaan, dan sumber-sumber materiil secara maksimal. Untuk melaksanakan tugas itu dengan baik, seorang pemimpin yang baik harus memiliki ciri-ciri berikut:
1.      Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengsn tugasnya.
2.      Berpengetahuan luas. Berpengetahuan luas tidak selalu dapat diidentikkan dengan berpendidikan tinggi. Ada sekelempok orang yang meskipun pedidikannya tinggi, pandangannya masih sempit, yaitu terbatas dengan bidang keahliannya saja. Sebaliknya banyak orang yang tidak berpendidikan tinggi, akan tetapi karena pengalamannya dan kemauan keras untu sef development memiliki pengetahuan yang luas tentang banyak hal.
3.      Mempunyai keyakinan bahwa oganisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui berkat kepemimpinannya. Kepercayaan pada diri sendiri merupakan modal yang sangat besar dan penting artinya bagi seorang pemimpin.Tanpa keyakinan itu dalam tindakannya ia akan kelihatan sering ragu-ragu.
4.      Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai. Pada umumnya, semakin besar suatu organisasi semakin rumit pula sifat dan ruang lingkup tujuan yang hendak dicapai dan semakin kompleks pula kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu.
5.      Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiasa yang besar. Pekerjaan pemimpin dasarnya adalah kerja mental yang tidak mulai pada waktu ia tiba dikamar kerjanya di pagi hari, dan dapat dihentikan pada waktu pemimpin itu mau pulang kerumahnya pada siang atau sore hari.
6.      Gemar dan cepat mengambil keputusan. Karena terpenting dari seorang pemimpin adalah untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan oleh orang lain, maka ia harus mempunyai keberanian mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam keadaan daruratyang tidak dapat menunggu. Penundaan pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan suatu kelemahan yang tidak boleh dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik.
7.      Objektif dalam arti dapat menguasai emosi yang lebih banyak mempergunakan rasio. Seorang pemimpin yang emosionalnya akan kehilangan objektifitasnya karena tindakannya tidak didasarkan lagi pada akal sehat, akan tetapilebih sering didasarkan atas pertimbangan personal likes and dislikes, baik terhadap seseorang, maupun terhadap penggunaan alat-alat yang diperlukan.
8.      Adil dalam memperlakukan bawahan. Yang dimaksud “keadilan” disini ialah kemampuan memperlakukan bawaha atas dasar kapasitas kerja bawahan itu, seperti pandangan-pandangan kedaerahan, kesukuan, kepartaian, ikatan keluarga, dan lain sebagainya.
9.      Menguasai prisip-prinsip human relations. Karena human relations adalah inti kepemimpinan, maka seorang pemimpin yang baik harus dapat memusatkan perhatian, tindakan dan kebijakanaannya, kepada Pembina teamwork yang intim dan harmonis.
10.   Menguasai teknik-teknik berkomunikasi, sekaligusbararti pula penguasaan terhadap  bahasa yang biasa dipergunakan dalam organisasi. Seseorang yang gugup merupkan ketidak mampuan berkomunikasi dengan pihak atau orang lain.
11.   Dapat dan mampu bertindak sebagai penasihat, guru, dan kepala terhadap bawahannya tergantung situasi dan masalah yang dihadapi.
12.   Mempunyai gambara yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.

2.3   Tipe-Tipe Pemimpin
              Dilihat dari sudut gaya manajerialnya, para pemimpin dalam bentuk berbagai organisasi dapat digolongkan dalam lima tipe, yaitu sebagai berikut:
1.      Tipe Otokratik
Ø  Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
Ø  Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Ø  Menganggap bawaha sebagai alat semata-mata.
Ø  Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.
Ø  Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya
Ø  Dalam tindakan pergerakannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punitive (bersifat menghukum)
2.      Tipe Militeristik
Ø  Dalam menggerakkan bawahan system perintah yang lebih sering digunakan.
Ø  Dalam penggerakkan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya.
Ø  Senang kepada formalitas berlebih-lebihan.
6
Ø  Menuntut disiplin tinggi dan kaku terhadap bawahan.
Ø  Sukar menerima kritikan dari bawahannya.
Ø  Menggemari berbagai upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.      Tipe Paternalistik
Ø  Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
Ø  Bersikap terlalu melindungi.
Ø  Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
Ø  Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk memberikaninisiatif.
Ø  Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
Ø  Sering bersikap maha tahu.
4.      Tipe Karismatik
                     Hingga sekarang, para sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa pemimpin memiliki karisma. Yang tampak adalah bahwa pemimpin yang tampak demikian mempunyai daya tarik yang amat besar karena pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikit pemimpin itu.
                      Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab-sebab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering halnya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian berkelahi dengan kekuatan gaib.
5.      Tipe Demokratik
Ø  Dalam proses penggerakan bawahan sealu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
Ø  Selalu berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahannya.
Ø  Ia senang menerima pendapat, saran, bahkan kritik dari bawahannya.
Ø  Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan.
Ø  Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berani bertindak meskipun mungkin berakibat pada kesalahan yang
7
 kemudian dibimbing dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani bertindak di masa depan.
Ø  Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
Ø  Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

2.4   Timbul Seorang Pemimpin yang Baik
                Mengenai timbulnya seorang pemimpin oleh para ahli kepemimpinan telah dikemukakan beberapa teori yang berbeda-beda’ yaitu sebagai berikut:
1.      Teori Genetik
          Inti teori ini tersimpul dalam ungkapan yang mengatakan bahwa leader are born and not made. Berarti bahwa para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirka dengan bakat-bakat kepemimpinan
2.      Teori Sosial
          Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa leader are made and not born merupakan kebalikan inti dari genetik. Para pengikut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bias menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pelatihan yang cukup.
3.      Teori Ekologis
      Karena kedua teori di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran maka sebagai reaksi kedua teori tersebut timbullah teori ketiga, yang disebut teori ekologis yang pada intinya berarti bahwa sseorang hanya akan berhasil menjadi emmpin yang baik, apabila iapada watu lahir memiliki bakat-bakat kepemmpinan. Bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat yang memang telah dimiliki itu.

 
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo,2012,Kepemimpinan Administrasi diakses pada tanggal 3Oktober 2016
Siagian,Sondang P.,2014,Filsafat Administrasi,Bumi Aksara:Jakarta



PEMASARAN INDUSTRI



Pemasaran merupakan hal yang sangat penting sejalan dengan semakin tinggi dan bertambahnya kebutuhan masyarakat akan produk-produk yang berkualitas menjadikan pesaingan semakin ketat dalam lingkunngan bisnis yang terus berkembang.
Secara umum pemasaran dapat dikatakan sebagai pola pikir yang menyadari bahwa peusahaan tidak dapat bertahan tanpa adanya tansaksi pembelian. Perusahaan harus dapat memasarkan barang atau jasa yang diproduksi kepada konsumen agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.
Pemasaran industri adalah kegiatan yang memfasilitasi terjadinya petukaran produk dengan pelanggan dalam pasar produksi, mencakup semua perusahaan yang membeli barang dan jasa industri.


Pemasaran dapat diartikan sebagai semua kegiatan yang diarahkan untuk mengenali dan memenuhi/memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pelanggan.
Menurut Kotler yang dikutip oleh Subroto (2011:1) “mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial di mana setiap individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Dengan kata lain pemasaran adalah kegiatan manusia untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran.”
Dengan kata lain, pemasaran adalah proses penciptaan, pengkomunikasian, dan penyampaian nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan baik dengan pelanggan, dengan cara yang menguntungkan baik bagi perusahaan maupun bagi pelanggan.

Pemasaran industri dikenal juga dengan pemasaran industrial, pemasaran bisnis, pemasaran antar-perusahaan, dan pemasaran oganisasi. Pemasaran industri berbeda dengan pemasaran produk konsumsi terutama dalam hal penggunaan produk dan konsumen yang dituju, di mana pemasaran industri mengarahkan produknya kepada:
1)      perusahaan yang akan menjual kembali produk tersebut,
2)      perusahaan yang membeli produk tersebut untuk mambantu proses produksinya, dan
3)      lembaga atau organisasi yang membeli produk tersebut untuk membantu kegiatan operasionalnya.
Menurut Bingham yang dikutip oleh Subroto (2011:2) menyatakan bahwa, “pemasaran industri adalah kegiatan yang memfasilitasi terjadinya pertukaran produk dengan pelanggan dalam pasar industri, mencakup semua perusahaan yang membeli barang dan jasa industri, untuk digunakan dalam memproduksi barang dan jasa yang akan dijual, disewakan, atau dipasok kepada konsumen lain.”
Menurut Rober W. Haas, DBA yang dikutip oleh Richard (2010), “pemasaran industri adalah aktivitas manusia yang ditujukan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan pembeli yang ahli, atau memuaskan kebutuhan dan keinginan pembeli yang lain, yang dapat mempengaruhi pembelian barang-barang yang diperdagangkan, barang kebutuhan lembaga-lembaga dan barang kebutuhan organisasi pemerintah, melalui proses pertukaran.”
Contoh pemasaran industri adalah:
a)      pemasaran mesin tenun ke pabrik tenun,
b)      pemasaran kapal tanker ke perusahaan angkutan minyak,
c)      pemasaran jasa perawatan pesawat ke perusahaan penerbangan swasta,
d)     pemasaran jasa Kantor Akuntan Publik ke perusahaan hotel,
e)      pemasaran pabrik refinary ke perusahaan minyak.

Menurut Dhila (2014), “pemasaran mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat karena pemasaran menyangkut berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang ekonomi dan sosial. Karena kegiatan pemasaran menyangkut masalah mengalirnya produk dari produsen ke konsumen, maka pemasaran menciptakan lapangan kerja yang penting bagi masyarakat. Dengan demikian pemasaran merupakan sektor yang penting dalam pendapatan masyarakat. Disamping itu, pula perlu disadari bahwa sebagian besar pengeluaran uang masyarakat konsumen mengalir ke kegiatan pemasaran. Beberapa ahli telah melakukan penelitian berkesimpulan, hampir 50% pengeluaran uang masyarakat konsumen di Amerika Serikat adalah untuk biaya-biaya pemasaran, termasuk biaya distribusi, biaya penelitian pasar, biaya pelayanan, dan biaya pengembangan produk.”
Pemasaran industri semakin lama menjadi semakin penting peranannya di dalam organisasi perusahaan industri. Peranan pemasaran industri lebih jelas kelihatan di dalam negara yang sedang menuju struktur perekonomian industri dan yang sudah menjadi negara industri.
Makin berkembang tingkat industri suatu negara, semakin terasa peranan pemasaran industri dalam pemasaran/penjualan produk industri di negara tersebut. Negara-negara tersebut sangat banyak membutuhkan peralatan dan produk industri. Kenaikan kegiatan pemakaian peralatan industri membawa perubahan dalam sistem pemasaran industri, yang mengakibatkan perubahan dalam strategi perusahaan dalam memasarkan produknya. Perubahan-perubahan ini harus diperhatikan baik dari segi perubahan lingkungan, perilaku pembeli, strategi pemasaran, strategi produk, strategi saluran distribusi, strategi harga, strategi promosi, riset pasar, dan lain sebagainya yang semuanya itu harus memperhatikan etika dan norma-noma yang berlaku dalam masyarakat pada umumnya.

Menurut Richard (2010), “Perbedaan pemasaran industri dan pemasaran konsumen yakni :
PEMASARAN KONSUMEN Terdiri dari individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi,
SEDANGKAN
PEMASARAN INDUSTRI mengarahkan produknya untuk perusahaan-perusahaan yang menjual produknya kembali kepada orang lain, kepada lembaga-lembaga yang memutuhkannya untuk keperluan proses produksi, atau kepada organisasi pemerintah untuk membantu aktivitas mereka setiap hari. Jadi pemsaran industri tidak menunjukkan produknya kepada konsumen akhir. Perusahaan-perusahaan yang membeli produk industri mengadakan pertukaran secara rasionil. Mereka membeli barang dengan memakai pertimbangan yang rasionil, ekonomis, dan menguntungkan.”
Perbedaan pemasaran industri dengan pemasaran konsumsi dapat terlihat dengan jelas berdasarkan karakteristiknya seperti karakteristik pemasaran, karakteristik pasar, hubungan antara penjual dan pembeli, produk, perilaku pembelian, saluran distribusi, metode promosi, dan energi harga yang digunakan.

1.      Nilai volume penjualan lebih besar
2.      Kuantitas volume penjualan lebih banyak
3.      Jumlah pembeli sedikit
4.      Lokasi pasar terkonsentrasi secara geografis
5.      Sifat produk kompleks secara teknis dan sesuai pesanan
6.      Sifat pembelian lebih profesional
7.      Faktor yang memengaruhi pembelian beragam
8.      Hubungan pembeli dan penjual dekat
9.      Strategi harga berdasarkan negosiasi dan penawaran kompetitif
10.  Metode promosi dengan cara penjualan personal
11.  Sifat saluran lebih langsung
12.  Mempertimbangkan imbal-beli
13.  Sistem sewa (leasing) banyak. (Subroto, 2011:4)
  
1.      Nilai volume penjualan lebih kecil
2.      Kuantitas volume penjualan lebih sedikit
3.      Jumlah pembeli banyak
4.      Lokasi pasar tersebar
5.      Sifat produk standar
6.      Sifat pembelian lebih pesonal
7.      Faktor yang memengaruhi pembelian tidak beragam/tunggal
8.      Hubungan pembeli dan penjual impesonal
9.      Strategi harga berdasarkan harga pabrik dan harga maksimum pengecer
10.  Metode promosi dengan cara advertensi
11.  Sifat saluran tidak langsung
12.  Tidak mempertimbangkan imbal-beli
13.  Sistem sewa (leasing) sedikit. (Subroto, 2011:4)


Dhila. 2014. Peran Pemasaran Bagi Masyarakat diakses pada tanggal 22 Januari 2017. http://dhilaadilah.blogspot.co.id/2014/04/peran-pemasaran-bagi-masyarakat.html
Richard. 2010. Pasar Industri dan Konsumen diakses pada tanggal 21 Januari 2017. http://richardandreas-richard.blogspot.co.id/2012/03/pasar-industri-dan-konsumen.html
Subroto, Budiarto. 2011. Pemasaran Industri Business to Business Maketing. Yogyakarta: Andi Offset.